Dosen IAIN Bukittinggi kembali torehkan prestasi. Kali ini Dedi Arsa dosen Sejarah Peradaban Islam, FUAD menerima Anugerah Penyair Muda Terbaik Pilihan Basabasi.co (Diva Press Group). Anugerah diserakan di Kafe Basabasi Jogja pada (15/04).
Dedi Arsa dipilih karena puisi-puisinya mengolah narasi-narasi sejarah menjadi sebuah karya yang enak dibaca; sajak-sajaknya menampilkan ironi-ironi dunia ketiga dengan penuh humor dan kadang-kadang cemooh.
Basabasi.co, telah memilih 10 penyair terbaik di antara banyaknya penyair yang telah menulis di laman itu sejak 2017. Tia Setiadi (esais dan sastrawan Indonesia terkemuka), yang bertanggung jawab menggawangi halaman sajak, mengatakan bahwa dari sepuluh penyair yang dipilih itu, disaring lagi 3 penyair terbaik yang diberi anugerah Penyair Pilihan Basabasi.co 2018. Di antara 3 terbaik itu, Dedi Arsa terpilih sebagai terbaik kedua.
Sejak laman Basabasi.co tayang di dunia maya, laman ini telah menjadi turut menjadi barometer perkembangan sastra di Indonesia, baik prosa maupun puisi. Penyair-penyair besar dalam khasanah sastra Indonesia telah menulis di laman tersebut, semisal Nirwan Dewanto hingga Afrizal Malna. Laman ini secara rutin teah diramaikan oleh para pengarang dengan karangan-karangan mereka dari berbagai genre tiap minggunya.
Dedi Arsa sendiri telah menulis dua buku sajak. Buku pertamanya, Odong-odong Fort de Kock (Kabarita, 2013) terpilih menjadi Buku Terbaik Pilihan Majalah TEMPO tahun 2013 dan shortlist Khatulistiwa Literary Award pada tahun yang sama. Buku keduanya, Penyair Revolusioner (Grasindo-Gramedia, 2017) terpilih sebagai nominasi 5 buku sajak Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017. (Humas IAIN Bukittinggi)