Semarang. Kamis 1 Februari 2024 – Kementerian Agama Republik Indonesia kembali mengadakan forum tahunan bergengsi, Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 yang berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang pada 1-4 Februari 2024. Mengusung tema ‘Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues’, isu-isu membangun perdamaian menjadi isu yang paling banyak dibahas dalam AICIS ke-23 ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, forum pertemuan dan diskusi AICIS ini diikuti oleh berbagai akademisi dan peneliti tidak hanya dari dalam negeri namun juga dari dunia Internasional. Dalam kesempatan ini, beberapa mahasiswa program doktor Ilmu Syariah Pascasarjana UIN Bukittinggi juga turut berpartisipasi sebagai pembicara. Hal ini menjadi gebrakan yang memicu semangat sivitas akademika Program Pascasarjana UIN Bukittinggi, mengingat bahwa Program Doktor Ilmu Syariah merupakan program baru, dan mahasiswa saat ini merupakan angkatan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya unsur kelembagaan saja, namun mahasiswa juga mempunyai komitmen dan semangat untuk mengembangkan Program Pascasarjana UIN Bukittinggi, sehingga mampu mewujudkan visi dan misi Pascasarjana UIN Bukittinggi.
Mailiza Fitria, salah satu mahasiswa doktor Ilmu Syariah Pascasarjana UIN Bukittinggi, mengangkat tema gender dalam presentasinya yang berjudul “ Minimum Marriage Age for Women; Perspectives From Health Law and Saddu Al-Dzariah”. Dalam presentasi tersebut, diterangkan bagaimana konsep batas usia minimum pernikahan bagi perempuan dilihat dari perspektif hukum positif dan kesehatan, dan juga hukum Islam. Ahmad Budiman juga mengangkat tema yang sama, gender, dengan tulisan yang membahas mengenai bagaimana Hukum Islam menerangkan bagian warisan bagi perempuan.
Presentasi yang menarik juga ditampilkan oleh Safra yang membahas mengenai isu praktek poligami. Dalam presentasi tersebut diterangkan bagaimana polemik dan serba-serbi seputar ketidaktaatan suami dalam praktek-praktek poligami.
Direktur Pascasarjana UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si, yang juga turut menghadiri forum AICIS 2024 tersebut, berharap untuk ke depan akan lebih banyak lagi mahasiswa Pascasarjana, baik pada jenjang magister maupun doktoral yang turut serta memeriahkan berbagai seminar dan conference baik pada level nasional maupun internasional. Hal ini selaras dengan misi dan tujuan Program Pascasarjana untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang keilmuannya, dan mampu bersaing di panggung nasional dan internasional. (*Humas Pascasarjana)